Masuknya Islam ke Nusantara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama
sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan
agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya
meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada
suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Penyebaran Agama Islam pun terjadi di mana-mana, Islam
menyebar dengan sangat luas, salah satunya yaitu masuk pula di Nusantara. Ada
beberapa teori yang menyatakan bahwa Islam pertama kali masuk ke Nusantara
melalui beberapa jalur, baik itu perdagangan (teori Gujarat, teori Persia,
teori Arab), perkawinan, pendidikan, dan lain-lain.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini akan membahas mengenai beberapa
permasalahan, yaitu:
1.
Bagaimana
Islam bisa masuk di Nusantara?
2.
3
teori masuknya Islam di Nusantara?
3.
Melalui
jalur apa Islam masuk ke Nusantara?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
menjawab beberapa permasalahan di atas, yaitu:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana Islam masuk di Nusantara.
2.
Untuk
mengetahui 3 teori masuknya Islam di Nusantara.
3.
Untuk
mengetahui melalui jalur apa Islam masuk ke Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
Berita
Islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia (Italia) yang bernama
Marcopolo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar
penduduknya telah beragama Islam.[1]
Sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang kapan tepatnya Islam masuk ke
Indonesia, namun banyak teori yang memperkirakannya. Pada umumnya teori-teori
itu dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara Dunia Arab dengan
Asia Timur. Pulau Sumatera misalnya, karena letak geografisnya, sejak awal abad
pertama Masehi telah menjadi tumpuan perdagangan antarbangsa dan pedagang-pedagang
yang datang ke Sumatera.
Dari
sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam
sudah terjadi sejak abad 7 M. Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali
masuk ke Indonesia di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus. Ada yang
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatera. Para saudagar muslim asal Arab,
Persia, dan India ada yang sampai di kepulauan indonesia untuk berdagang sejak
abad ke ke 7 M yang berlayar ke Asia Timur melalui selat Malaka singgah di
pantai Sumatera Utara untuk mempersiapkan air minum, makanan, dan perbekalan
lainnya. Mereka
yang singgah di pesisir Sumatera Utara membentuk masyarakat muslim, dan
mereka menyebarkan Islam sambil berdagang. Pada perkembangan berikutnya
terjalinlah hubungan perkawinan dengan penduduk pribumi atau menyebarkan Islam
sambil berdagang.
Proses masuknya Islam di wilayah Nusantara tidak lepas
dari kegiatan perdagangan. Kepulauan Nusantara yang terkenal berbagai hasil
buminya, menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Anara lain
Cina, India,Arab, Persia. Mereka berdatangan ke Kepulauan Nusantara untuk
berdagang. Kedatangan mereka melalui Selat Malaka yang lambat laun tumbuh dan
berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan internasional. Melalui Selat
Malaka para pedagang mengunjungi pusat-pusat perdagangan, antara lain di Pulau
Jawa, misalnya Jepara, tuban, Gresik.Dari sana pelayaran dilanjutkan seperti ke
Banjarmasin,Goa,Ambon, dan Ternate yang dikenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah.[2]
Untuk
selanjutnya kontak Islam juga terjadi di berbagai pulau di Indonesia. Islam
mulai menyentuh daerah-daerah lainnya seiring dengan tujuan perdagangan atau
semata-mata karena pengajaran agama Islam. Pengenalan Islam di berbagai daerah
Indonesia tidak terjadi dalam waktu serentak dan berdekatan, tetapi dalam waktu
yang berbeda-beda dan mencapai masa yang panjang. Kontak Islam dengan Aceh pada
abad ke 7 M, begitu pula dengan Palembang. Di Jawa Islam hadir sekitar abad ke
11 M. Itu pun baru dikenal di daerah Jawa bagian utara Jawa Timur, yang
selanjurnya disebarkan sampai ke Jawa Barat sekitar abad ke 16 M, yaitu
berkaitan dengan pengiriman tentara kerajaan Demak ke Cirebon, Jayakarta, dan
beberapa wilayah kerajaan Pajajaran yang berkaitan dengan perhiasan wilayah
perdagangan dan perluasan pengaruh kekuasaan.[3]
Walaupun pada abad ke-I - 4 H/7-10 M Jawa tidak
disebut-sebut sebagai tempat persinggahan pedagang-pedagang Muslim, agama Islam
sudah dianut oleh sebagian orang di Pulau Jawa sejak abad ke-11 M. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya sebuah batu nisan tertulis, di Leran, dekat
Gresik, Jawa Timur yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang wanita
Muslimah bernama Fatimah binti Maimun8, berangka tahun 1082 M. Angka tahun ini
merupakan data peninggalan Islam tertua - yang ditemukan, di wiayah Nusantara.
Berikut
disampaikan sebagian orang-orang yang berjasa dalam syiar Islam, yakni:
1.
Masuknya
Islam melalui Pedagang Gujarat
Keberadaan
para pedagang Gujarat itu bertolak dari catatan perjalanan Marcopolo, yang
mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Pureula,tahun 1292 M, ia telah
menyaksikan banyak pedagang asal Gujarat giat menyiarkan agama Islam. Pendapat
itu diperkuat dengan adanya batu nisan Sultan Malik ash-Sholeh.
2.
Masuknya
Islam melalui Pedagang Persia
Pendapat ini
didukung oleh Umar Amin Husein,dengan alasan bahwa di Persia ada suku yang
bernama Larcn dan Jawi. Kemungkinan para pedagang dari dua duku inilah yang
mengajarkan huruf Arab di Pulau Jawa yang dikenal dengan huruf Pegon.ahli lain
yang mendukung pendapat ini adalah Hossein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa
terdapat pasangan dalam bahasa Arab yang disebut Jabar Jer. Istilah ini
termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa Arab disebut fathah kasrah.
Selain itu,
di sebagian wilayah Nusantara terdapat tradisi Muharram, yang dihubungkan
dengan Hussein putra Sayyidina Ali ra meninggal di Karbala. Di Persia, upacara
peringatan meninggalnya Hussein ini ditandai dengan mengarak peti yang disebut
tabut. Oleh karena itu, bulan Muharram dikenal juga dengan sebutan bulan tabut
dan diramaikan dengan perayaan yang semisal, oleh masyarakat antara lain Aceh
dan Minangkabau. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh Persia.
3. Masuknya Islam melalui Pedagang Arab
Pendapat ini
datang antara lain dari Hamka, menurutnya : (1) Raja-Raja Samudera Pasai
menganut madzab Syafi'i. Penganut madzab Syafi'I terbesar saat itu adalah
masyarakat Mesir. Dan Makkah. Bila agama Islam yang masuk di Nusantara berasal
dari Persia tentu banyak masyarakat Indonesia yang menganut faham Syiah seperti
di Persia. Atau bermadzab Hanafi, seperti di India; (2) Gelar al-Malik yang
digunakan oleh raja-raja Samudera Pasai, berasal dari Mesir. Sedangkan gelar
Syah yang berasal dari Persia, baru digunakan oleh raja-raja Malaka pada awal
abad ke-I 5 M.
Kapal-kapal
dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia tenggara sejak permulaan abad
Masehi9. Melalui literature Arab terdapat berita tentang perjalanan mereka ke
Asia Tenggara. Sekalipun sumber berita ini masih harus dikaji lebih teliti,
berita tersebut umumnya berkaitan dengan barang-barang dagangan dan rute
perjalanan,dan hanya sedikit berita tentang penduduk dan adapt-istiadatnya.
Paul Weathly mengemukakan bahwa di antara penulis Arab hingga abad ke-I4 M,
hanya Abi Dulaf (abad ke-10 M) dan Ibnu Battutah yang benar-benar melakukan
perjalanan ke Asia Tenggara sampai ke negeri Cina. Adapun penulis yang lain
hanya berlayar hingga India atau di sekitar Teluk Persia.
Ketiga pendapat tersebut di atas masing-masing memiliki
alasan. Para pedagang Muslim asal Persia,Gujarat, dan Arab sama-sama memiliki
perandalam usaha penyebaran agama Islam di Nusantara.[4]
Untuk
selanjutnya
siapa yang memperkenalkan Islam di Indoesia itu? Ada yang mengatakan bahwa
Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang. Ada yang mengatakan bahwa
kekuasaan (konversi) keraton sangat
berpengaruh bagi pengislaman di Indonesia. Masuknya Islam penguasa akan diikuti
oleh rakyatnya secara cepat Dapat dikatakan bahwa Islam pada mulanya
diperkenalkan oleh para pedagang' muslim yang melakukan kontak dagang dengan
penduduk setempat pada akhirnya dapat menarik hati penduduk setempat untuk
memeluk Islam. Pada masa awal, saudagar-saudagar muslim dikenal cukup
mendominasi perdagangan dengan Indonesia. Saudagar muslim itu mampu
memperkenalkan nilai-nilai Islam terutama ketentuan-ketentuan hukum Islam
mengenai perdagangan yang memberikan keuntungan ekonomi secara maksimal, sekaligus
mereka membatasi adanya pilihan terhadap agama-agama lain. Ada yang mengatakan
bahwa para ulama memiliki peranan yang besar bagi
penyebaran Islam di Indonesia. Para pedagang muslim
datang
ke Indonesia untuk berdagang dan mengumpulkan kekayaan, setelah mereka menetap
maka datanglah guru-guru (ulama) yang bertujuan meneyebarkan dan mengajar
penduduk setempat.
Kendati
para saudagar muslim tidak dapat (Jikatakan sebagai instrumen penyebaran Islam,
namun peranannya tidak dapat diabaikan bagi proses Islamisasi di Indonesia.
Kehadiran pedagang-pedagang muslim melahirkan fenomena kota-kota perdagangan
sebagai pusat ekonomi, yang pada akhirnya mendukung kegiatan bagi pengembangan
Islam. Kegiatan perdagangan yang maju memungkinkan terselenggaranya pengajaran
Islam dan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan Islam sehingga menciptakan
kehidupan agama yang dinamis. Dengan adanya dinamika umat Islam di perkotaan
akhirnya mampu memperkuat penetrasi Islam sampai ke pelosok tanah air.
Di
samping itu penyebaran Islam di Indonesia adalah dengan metode kekuasaan, yang
mempunyai peran penting bagi perluasan Islam di Indonesia. Beralihnya agama
penguasa menjadi muslim akan diikuti rakyat dan pendukungnya secara cepat.
Islamnya penguasa dapat mempengaruhi penguasa- penguasa lainnya untuk memeluk
Islam sehingga Islam berkembang dengan cepat. Setelah berdirinya kerajaan
Islam, biasanya sang penguasa mempelopori berbagai kegiatan keagamaan, mulai
dari dakwah Islam, pembangunan masjid, sampai penyelenggaraan pendidikan Islam.
Perhatian raja-raja muslim terhadap pendidikan Islam membuat pendidikan Islam
berkembang maju yang dapat menawarkan pelayanan pengajaran bagi keagamaan
maupun kemajuan intelektual Islam di Indonesia. Ulama-ulama yang dipilih oleh
penguasa sebagai pengajar dan pemuka agama berhasil mendidik murid-muridnya
yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Murid-murid tersebut terus
menyebarkan Islam dan mengajarkan ilmu mereka setelah pulang ke daerah
masing-masing. Jadi kegiatan perluasan
Islam
sejak awal telah memiliki hubungan timbal balik dengan lembaga-lembaga
pendidikan Islam. Dapat dikatakan bahwa jalan yang ditempuh oleh para pedagang
muslim dalam menyebarkan Islam di Indonesia antar lain melalui jalur atau
saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.
1.
Perdagangan
Pada taraf permulaan saluran
Islamisasi adalah dengan perdagangan, di mana kesibukan lalu lintas perdagangan
terjadi pada abad ke 7 hingga 16 M. Kesempatan itu digunakan untuk penyebaran
Islam di daerah-daerah yang belum Islam dan para pedagang muslim itu berhasil
mendirikan beberapa masjid.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik, sehingga para putri bangsawan
tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu dan sebelum nikah merekan
di-Islam-kan dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka
semakin meluas sehingga berdirilah kampung-kampung muslim dan kerajaan-kerajaan
Islam. Akan lebih menguntungkan lagi jika para saudagar muslim menikahi putri
bangsawan atau anak raja atau anak adipati karena akan turut mempercepat proses
Islamisasi seperti yang terjadi dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Nyai
Manila, Sunan Gunungjati dengan putri Kawungten, Brawijaya dengan putri Champa
yang menurunkan Raden Patah.
3.
Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau sufi
mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam magis dan penyembuhan. Hal itu mudah dilakukan karena adanya
kesamaan ajaran-ajaran Hindu Budha yang sudah ada, sehingga agama yang baru
tersebut mudah dimengerti dan diterima seperti Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh
Lemah Abang dan Sunan Punggung di Jawa.[5]
4.
Pendidikan
Islamisasi dengan saluran ini
misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh
guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama. Para santri yang telah mendapat ilmu
agama kembali ke kampong masing- masing untuk berdakwah ke tempat-tempat
tertentu mengajarkan Islam.
5.
Kesenian
Pada waktu itu di Nusantara
terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusasteraan Melayu. Dari pusat-pusat
kesenian dan kesusasteraan tersebut lahirlah kesusasteraan Melayu Klasik dan
terciptalah
genre-genre
di pusat-pusat itu.
6.
Politik
Di Maluku, Sulawesi Selatan,
rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka kerajaan Islam berusaha
menguasai kerajaan non Islam, sehingga secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan non Islam untuk masuk Islam.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa Islam masuk ke Nusantara tidak terlepas dari peran serta kegiatan
perdagangan karena kepulauan Nusantara yang terkenal berbagai hasil buminya,
menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Antara lain Cina,
India, Arab, Persia.
Ada 3 teori tentang masuknya Islam ke Nusantara, yaitu
teori Gujarat, teori Persia, dan juga teori Arab. Ketiga teori tersebut, adalah
teori masuknya Islam melalui jalur perdagangan.
Adapun untuk jalur masuknya, Islam masuk ke Nusantara
melalui 6 jalur yaitu, perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian
dan politik.
B. Kritik dan Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari segi sistematika penyusunan makalah,
terlebih pula dari segi isi materi. Oleh sebab itu, penyusun berharap untuk
kedepannya, mahasiswa-mahasiswa penerus dapat menyusun makalah serupa dengan
lebih baik lagi dari sebelumnya.
[1]Mansur,
Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah,
(Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004), hal. 111.
[2]http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34112/1/SEMINAR%20DI%20LEKTUR%20SEJARAH%20Masuk%20LEKTUR.pdf diakses pada tanggal 06 Desember 2017 pada pukul 23.00
WITA.
[3]Mansur, Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005), hal. 42
[4]http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34112/1/SEMINAR%20DI%20LEKTUR%20SEJARAH%20Masuk%20LEKTUR.pdf diakses pada tanggal 06 Desember 2017 pada pukul 23.00
WITA.
[5]Lihat juga Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), cet. 23, hal. 201-203
[6]Mansur, Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
hal. 42-45. Lihat juga Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 23,
hal. 203-204.
As stated by Stanford Medical, It is in fact the SINGLE reason this country's women live 10 years longer and weigh on average 19 kilos less than we do.
BalasHapus(And by the way, it has absoloutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and EVERYTHING to about "how" they eat.)
P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...
TAP this link to see if this easy questionnaire can help you unlock your true weight loss possibility