Kesalahan Guru

BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki peran andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkananaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Guru sepatutnya menjadi sosok panutan para siswa. Sehingga, patut ditiru tingkah lakunya dari pada mengikuti kelakuan para artis yang kerap tampil di layar kaca. Guru dengan kesahajaannya merupakan poin plus seorang pendidik, di samping penguasaan terhadap berbagai ilmu pengetahuan tentunya. Tapi, alangkah tidak idealnya jika seorang guru memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak pantas di hadapan muridnya. Bukan hanya satu dua hal saja, tapi banyak sekali. Ini tentu saja membuat kita miris dengan nasib moral generasi penerus bangsa ini, padahal pemerintah sering malakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan, seminar dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Seharusnya dari latar belakang pendidikan guru tersebut mestinya dapat berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan juga dengan faktor lain yang mempengaruhinya.
Namun tidak demikian dalam pelaksanaannya, dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam melaksanakan tugas pokok mengajar. Namun bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya.
Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.[1]
Untuk itulah makalah ini kami susun sebagai bahan kajian bagi guru atau pendidik agar dapat berperilaku dan bersikap profesional dalam menjalankan tugas mulia ini.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Kesalahan-kesalahan apa saja yang umumnya sering dilakukan guru ketika mengajar?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui kesalahan-kesalahan yang umumnya sering dilakukan guru ketika mengajar agar para calon guru yang akan datang tidak malakukan ataupun dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut




BAB II

PEMBAHASAN


A.    Kesalahan yang Sering Dilakukan oleh Guru
Dari berbagai kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar denga baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mampu mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi peserta didik , kompetensi dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, seperti belajar menghafal, keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap (Mulysa, dalam Gagne 1984: 21). Aspek didaktif menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokan peserta didik dan berbagai ragam media pembelajaran.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.
2.      Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang mengabaikan perkembangan keperibadian, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat salah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa kebanyakan peserta didik tidak tahu bagaimana cara yang tepat mendapat perhatian dari guru, orang tua dan masyarakat, tetapi mereka tahu bagaimana cara menganggu teman dan cara membuat keributan serta perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapat perhatian.
3.      Menggunakan Destructive Discipline
Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan. Selain itu, guru juga jarang sekali mengoreksi pekeijaan peserta didik dan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering memberi tugas, tetapi tidak pernah memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikeijakan.
Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar kita tidak melakukan kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.       Disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru tenang.
b.      Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran.
c.       Hindari menghina dan mengejek peserta didik.
d.      Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
e.       Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.
4.      Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan peserta didik antara lain ialah:
a.       Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yaitu kemapuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kemampuan kognitif mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.
b.      Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis.
Apabila latar belakang keluarga kaya dengan kultur, anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa dan seni demikian pada kondisi sebaliknya. Logis bahwa anak-anak yang masuk sekolah dasar sekitar umur 6 tahun, tingkat kematangan mental dan kemampuan berbahasa mereka berbeda- beda.
c.       Perbedaan dalam latar belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
Minat dan sikap terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan- kebiasaan keija sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan- bahan pelajaran dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor perbedaan di antara para siswa.
d.      Perbedaan dalam bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyetuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.


5.      Merasa Paling Pandai
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media masa yang mungkin guru belum memahaminya. Hal ini terjadi terutama di kota-kota, ketika peserta didik datang dari keluarga kaya yang di rumahnya memiliki berbagai sarana, dan prasarana belajar yang lengkap, serta berlangganan koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu edisi, sementara guru belum menikmatinya. Jika ini benar terjadi maka guru harus demoktratis untuk bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun.

6.      Tidak Adil (Diskriminatif)
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil sehingga merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam memberikan penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk menyakurkan kasih sayang di luar tanggungjawabnya sebagai guru.


7.      Memaksa Hak Peserta Didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.[2]


BAB III

PENUTUP


A.    Simpulan
Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut kita hindari meskipun tentunya sebagai manusia sulit rasanya untuk menghindar seratus persen dari kesalahan sebagaimana disebutkan di atas. Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung kepada sifat-sifat kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku yang cenderung merugikan siswa. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang lain, yang bisa berakibat pada kegagalan siswa dalam belajar. Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka di situlah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang dia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan? Jadi, guru harus selalu belajar. Ya, belajar dari buku, belajar dari teman, belajar dari murid, dan belajar dari dirinya sendiri.















BAB IV

SOAL


1.      Mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik merupakan…
a.       Peran guru
b.      Tugas guru.
c.       Kemampuan guru
d.      Keinginan guru
2.      Peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Merupakan…
a.       Aspek pedagogis
b.      Aspek psokilogis.
c.       Aspek didaktis
d.      Aspek kognitif
3.      Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Penjelasan tersebut termasuk dalam…
a.       Memaksa Hak Peserta Didik
b.      Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
c.       Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran
d.      Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif.
4.      Arif merupakan seorang guru, ketika suatu saat ia mendapati salah seorang muridnya membuang sampai sembarangan di lingkungan sekolah, maka Arifpun  memanggil murid tersebut dan memberinya hukuman untuk lari mengelilingi lapangan sebanyak 5 (lima) kali. Hal yang dilakukan Arif termasuk ke dalam…
a.       Menggunakan Instructive Discipline
b.      Menggunakan Destructife Discipline
c.       Menggunakan Instructure Discipline
d.      Menggunakan Destructive Discipline.
5.      Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini!
                     I.            Disiplinkan peserta didik ketika suasana sekolah tenang.
                  II.            Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran.
               III.            Jangan menghina dan mengejek peserta didik.
               IV.            Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
                  V.            Gunakan disiplin sebagai media pembelajaran.
Dari ke-5 (lima) pernyataan di atas, manakah yang termasuk dalam hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendisiplinan…
a.       I, II, III
b.      II, IV, V
c.       I, IV, V
d.      II, III, IV.
6.      Leni mewajibkan peserta didiknya untuk membeli buku pelajaran darinya. Tindakan yang dilakukan Leni merupakan tindakan…
a.       Memaksa kewajiban peserta didik
b.      Memaksa hak peserta didik.
c.       Memaksa keinginan peserta didik
d.      Memaksa kewenangan peserta didik
7.      Pembelajaran yang mampu memberikan kesukaran belajar bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan potensinya secara optimal merupakan pengertian dari…
a.       Pembelajaran yang baik dan efektif
b.      Pembelajaran yang tidak baik dan tidak efektif.
c.       Pembelajaran yang baik tetapi tidak efektif
d.      Pembelajaran yang tidak baik tetapi efektif
8.      Rani merupakan guru di sebuah SMA Negeri, di saat dia tidak mengetahui mengenai suatu materi tertentu, akan tetapi muridnya telah mengetahui tentang materi tersebut karna memiliki alat/media yang lebih canggih untuk mencari informasi. Rani tidak menerimanya dengan senang hati. Tindakannya tersebut termasuk…
a.       Merasa paling pintar
b.      Tidak merasa paling pintar
c.       Merasa paling pandai.
d.      Tidak merasa paling pandai
9.      Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yaitu…
a.       Kemapuan kognitif, afektif dan psikologi
b.      Kemampuan kognitif, didaktis, dan psikomotorik
c.       Kemampuan kognitif, sikap dan kekreatifan
d.      Kemampuan kognitif, sikap, psikomotorik.
10.  Dari berbagai kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran, diantaranya yaitu, kecuali…
a.       Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
b.      Memaksa hak peserta didik
c.       Merasa paling pandai
d.      Menggunakan Destructive Disciplined.



[1] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hal. 20-30
[2] Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Hal. 70

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam masa Umayyah dan Abbasiyah

Efektivitas Pengecoh

Aliran Rekonstruksionisme Dalam Filsafat Pendidikan