Mukjizat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai penuntun dalam rangka pembinaan ummatnya sangatlah fenomenal. Lantaran di dalamnya sarat nila-nilai yang unik, pelik dan rumit sekaligus luar biasa. Hal ini lebih disebabkan karena eksistensinya yang tidak hanya sebagai ajaran keagamaan saja, melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai semenjak hulu peradaban hingga hilirnya.
Diantara nilai-nilai tersebut adalah pada aspek kebahasaan, isyarat-isyarat ilmiah dan muatan hukum yang terkandung di dalamnya. Saking pelik, unit, rumit dan keluarbiasaannya tak kelak ia menjadi objek kajian dari berbagai macam sudutnya, yang dariya melahirkan ketakjuban bagi yang beriman dan cercaan bagi yang ingkar.
Namun demikian, seiring dengan waktu dan kemajuan intelektualitas manusia yang diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, sedikit demi sedikit nilai-nilai tersebut dapat terkuak dan berpengaruh terhadap kesadaran manusia akan keterbasan dirinya, sebaliknya mengokohkan posisi Al-Qur’an yang kudus yang berfungsi sebagai petunjuk dan bukti terhadap kebenaran Risalah yang dibaw Nabi Muhammad saw. serentetan nilai-nilai Al-Qur’an yang pelik, unit dan rumit sekaligus luar biasa hingga dapat menundukan manusia dengan segala potensinya, itulah yang lazimnya disebut dengan mukjizat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, masalah-masalah yang ingin kami jelaskan dan sampaikan adalah sebagai berikut:
a.       Apa pengertian dari Mukjizat dan I’jaz ?
b.      Apa saja jenis-jenis Mukjizat ?
c.       Apa yang membedakan Al-Qur’an dengan mukjizat lainnya ?
d.      Apa saja sisi kemukjizatan Al-Qur’an ?

C.    Tujuan Penulisan
a.       Menjelaskan pengertian dari Mukjizat dan I’jaz.
b.      Menjelaskan apa saja jenis-jenis Mukjizat.
c.       Memberitahukan apa saja hal yang membedakan Al-Qur’an dengan mukjizat lainnya.
d.      Menjelaskan apa saja sisi kemukjizatan Al-Qur’an.

D.    Sumber Data
Tinjauan pustaka tentang pengertian mukjizat dan i’jaz, pembagian jenis mukjizat, perbedaan Al-Qur’an dengan mukjizat lainnya, dan sisi kemukjizatan Al-Qur’an yang diambil dari beberapa literatur, berdasarkan dari buku referensi.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mukjizat dan I’jaz
Kata “Mukjizat” menurut Quraish Shihab berasal dari bahasa Arab A’raza yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”, sedangkan ta’ marbutah pada kata Mukjizat menunjukkan makna mubalaghah (superlative). Menurut kamus besar Purwo Darminto adalah “kejadian ajaib/luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia”. Sedangkan menurut pakar Agama Islam adalah “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang disebut Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang meragukan, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut”.[1] Manna’ Khalil al-Qattan menjelaskan bahwa pengertian ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, sehingga nampaklah kemampuan dari “mu’jiz” (sesuatu yang melemahkan).
Dari definisi tersebut di atas dapat diturunkan beberapa pengertian diantaranya: pertama; kejadian luar biasa yang “sukar” dijangkau oleh kemampuan manusia. Kedua; melemahkan/dilemahkan, yang cenderung kepada konteks menang dan kalah. Ketiga; dibawa oleh seorang Nabi. Keempat; sebagai bukti kerasulan. Kelima; mengandung tantangan.[2]
Mukjizat dari segi bahasa artinya sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau yang menakjubkan. Sedangkan menurut istilah ialah sesuatu yang bernilai sangat tinggi dan bisa mengungguli seluruh masalah yang berkembang, disamping kedatangannya mukjizat memang sedang dinanti oleh kaum.[3]
Mukjizat adalah suatu kejadian yang diluar dari kebiasaan dengan disertai oleh tantangan, namun tantangan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi.[4]
Kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”.[5]
Mukjizat adalah peristiwa atau kejadian yang luar biasa yang dialami oleh seorang Nabi atau Rasul Allah, disertai tantangan yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun. (Misnawati 300)
Mukjizat adalah suatu kejadian yang menyalahi adat kebiasaan manusia yang tidak dapat dijangkau oleh rasionalitas manusia yang tidak dapat ditanding oleh apapun atau siapapun. (Muhammad Abizar Al-Gifary)
Mukjizat adalah hal yang sangat luar biasa dan diluar kebiasaan manusia yang diberikan Allah kepada para Rasul-Nya untuk melemahkan orang-orang yang menentang seruan para Rasul dan datang dengan seketika atau tanpa direncanakan. (Noor Hasanah)
Dari segi bahasa kata I’jaz, berasal dari kata a’jaza, yu’jizu, i’jaz, yang berarti melemahkan atau memperlemah.
Secara normatif, i’jaz adalah ketidak mampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan. Oleh karena itu, apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mukjizat. Sedangkan yang dimaksud dengan i’jaz, secara terminologi ilmu Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: Menurut Manna’ Khalil al-Qathan: I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi saw. dalam pengakuan orang lain sebagai seorang rasul utusan Allah SWT dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Muhammad Ali al-Shabuniy mengemukakan: I’jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi karasulan dan kenabiannya.[6]
I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang untuk menandingi Mukjizat dengan diperlihatkan kelemahan yang ada padanya. (Muhammad Abizar Al-Gifary)
B.     Pembagian Jenis Mukjizat
Secara garis besar, mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi (hissiy) yang tidak kekal dan mukjizat imaterial, logis (aqliy), yang dapat dibuktikan sepanjang masa.[7] Macam yang pertama umumnya terjadi pada Nabi Bani Isra’il karena kebodohan danpendeknya wawasan mereka. Sementara kebanyakan mukjizat Nabi umat sekarang (umat Nabi Muhammad saw.) termasuk macam yang kedua karena kecerdasan dan pemahaman yang mereka miliki.[8]
C.    Perbedaan al-Qur’an dengan mukjizat lainnya
Semua Nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan misi kerasulannya kepada umat manusia mesti disertai dengan mukjizat , sebagai bukti yang kuat atas kebenaran apa yang disampaikannya dari Allah.
Setiap mukjizat itu sirna dengan meninggalnya pemagang mukjizat itu, kecuali mukjizat Al-Qur’an al-Karim. Mukjizat Al-Qur’an itu terus berlangsung sepanjang zaman dan tantangannya pun tetap berlaku bagi siapa saja yang mengingkari kerasulan Muhammad saw karena misinya adalah berlaku umum. Sedangkan misi para Nabi sebelumnya adalah hanyalah berlaku bagi ummat tertentu dan untuk tempat tertentu.[9]
Berdasarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur’an) yang diberikan kepada Nabi Muhammmad SAW sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat hissiy/material sedangkan Al-Qur’an bersifat maknawy/immaterial. Para nabi sebelum Muhammad SAW ditugaskan pada masyarakat dan masa tertentu. Oleh karnanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan Al-Qur’an tidak terbatas pada masyarakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang masa.
D.    Sisi Mukjizat Al-Qur’an
Jika kita berbicara “Mukjizat Al-Qur’an”, ini berarti bahwa mukjizat (bukti kebenaran) tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Qur’an atau faktor luar.
Menurut penulis, segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an sangatlah luar biasa, ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memiliki banyak mukjizat dan memiliki pengaruh yang luar biasa bagi umat manusia. Karena hal itu dari segi isi dan makna dan kandungan yang ada di dalamnya tak seorangpun makhluk Allah yang mampu menandingi.
1.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an banyak membuat orang Arab saat itu kagum, dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak manusia masuk Islam. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamai oleh karya sebaik apapun.
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga orang-orang kafir. Kaum muslimin disamping mengagumi keindahan bahasa Al-Qur’an, juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.      Susunan Kalimat
Kendatipun Al-Qur’an, hadits Qudsy, dan hadits Nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi saw., uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah. Di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.
3.      Hukum Ilahi yang Sempurna
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah.
Tentang akidah, Al-Qur’an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni beriman kepada Allah Yang Maha Agung; menyatakan adanya Nabi dan Rasul serta mempercayai semua kitab samawi.
Dalam bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata, pidana politik, dan ekonomi. Mengenai hubungan internasional, Al-Qur’an telah menetapkan dasar-dasarnya yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai ataupun perang.
4.      Ketelitian Redaksinya
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
b.      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
c.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan kepada akibatnya.
d.      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
5.      Berita tentang Hal-hal yang Ghaib
6.      Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an. Misalnya:
a.       Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Sebagaimana yang dijelaskan firman Allah Q.S. Yunus, 10: 5.
b.      Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan oleh firman Allah Q.S. Al-An’am, 6: 125.
c.       Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Qiyamah, 75: 4.
d.      Aroma/bau manusia  berbeda-beda, seperti yang difirmankan Allah dalam Q.S. Yusuf, 12: 94.
e.       Masa penyusuan dan masa kehamilan minimal, yang tertera dalam Q.S. Al-Baqarah, 2: 233.
f.       Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia, sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Qiyamah, 75: 14-15.
g.      Yang merasakan nyeri adalah kulit. Q.S. An-Nisa, 4: 56.[10]
Sementara itu Syekh Muhammad Ali al-Shabuniy menandaskan, bahwa diantara segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an yang nampak adalah:
1.      Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh orang-orang Arab.
2.      Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki banga arab.
3.      Kefasihan bahasanya yang tidak  mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis manusia.
4.      Kesempurnaan syariatnya yang dibawanya mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya.
5.      Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatalogis yang tidak dapat mungin bisa dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahu al-Qur’an itu sendiri.
6.      Tidak adaanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawaakan nya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan.
7.      Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Qur’an
8.      Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syaraiat dan ilmu pengetahuan alam.
9.      Dapat memenuhi kebutuhan manusia.
10.  Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati pengikut dan musuh-musuhnya.
11.  Susunan kalimat dan bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.[11]













BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil simpulan bahwa Mukjizat adalah suatu kejadian yang menyalahi kebiasaan manusia dengan disertai oleh tantangan, namun tidak dapat ditandingi oleh siapapun.
Mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi dan mukjizat imaterial, logis.
Mukjizat para Nabi sebelumnya bersifat hissiy/material sedangkan Al-Qur’an bersifat maknawy/immaterial.
Ada 6 sisi kemukjizatan Al-Qur’an, yaitu: Gaya Bahasa, Susunan Kalimat, Hukum Ilahi yang Sempurna, Ketelitian Redaksinya, Berita tentang Hal-hal yang Ghaib, Isyarat-Isyarat Ilmiah.



[1]               Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Al-Hadist, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2008), cet. I, hal. 108-109. Lihat, Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), cet. III, hal. 184. Lihat, M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung, PT Mizan Pustaka, 2007), cet. II, hal. 25.
[2]               Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Al-Hadist, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2008), cet. I, hal. 108-113
[3]               H. Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1997), hal. 9.
[4]               Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni, Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), hal. 311.
[5]               M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung, PT Mizan Pustaka, 2007), cet. II, hal. 25.
[6]               Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta, TERAS, 2009), cet. I, hal. 285-287.
[7]               Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), cet. III ., hal. 192. Lihat, Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1992), cet. I, hal. 143. Lihat, Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni, Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), hal. 311.
[8]               Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni, Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), hal. 311. Lihat, M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung, PT Mizan Pustaka, 2007), cet. II, hal. 38.
[9]               Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta, TERAS, 2009), cet. I, hal. 292.
[10]             Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), cet. III, hal. 193-201.
[11]             Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta, TERAS, 2009), cet. I, hal. 297

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam masa Umayyah dan Abbasiyah

Efektivitas Pengecoh

Aliran Rekonstruksionisme Dalam Filsafat Pendidikan