Terbentuknya Kepribadian Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Theodore M. Newcomb (Amerika). Dalam bukunya yang
berjudul “sosiologi suatu pengantar” kepribadian merupakan organisasi sikap
yang dimiliki oleh seseorang sebagai latar belakang perilakunya. Dengan kata
lain, kepribadian merupakan suatu sistem organisasi dari sikap seseorang untuk
merasakan berbuat, berfikir, dan mengetahui secara khusus apabila berhubungan
dengan orang lain atau ketika menanggapi suatu masalah.
Koenjaraningrat
(Indonesia). Kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
Dengan demikian diketahui bahwa kepribadian merupakan
abstraksi dari pola prilaku manusia, ciri watak yang konsisten sebagai
identitas seseorang , dan kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap,
sifat, yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.
B. Rumusan
Masalah
Di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang berkenaan dengan
terbentuknya kepribadian manusia, yaitu:
1. Apa
yang dimaksud dengan kepribadian?
2. Unsur-unsur
apa saja yang terdapat dalam kepribadian?
3. Faktor-faktor
apa saja yang membentuk kepribadian?
4. Teori-teori
apa saja yang berkaitan dengan kepribadiaan?
5. Bagaimana
tahapan-tahapan dalam kepribadian?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini ialah untuk menjawab permasalah-permasalahan yang
dipertanyakan pada bagian rumusan masalah, yaitu berupa:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari kepribadian.
2. Untuk
mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam kepribadian.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk kepribadian.
4. Untuk
mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan kepribadiaan.
5. Untuk
mengetahui bagaimana tahapan-tahapan dalam kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian
Kepribadian
menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan
merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi
suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kepribadian berasal dari kata
“pribadi” yang berarti manusia sebagai perseorangan, yang mendapat awalan “ke-“
dan “-an” menjadi “kepribadian” yang berarti sifat hakiki yang tercermin pada
sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang lain atau
bangsa lain.
Untuk
memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang
dipaparkan oleh beberapa ahli.
1. M.A.W.
Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku
sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan
sikap-sikap seseorang.
2. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari
unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
3.
Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
4. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku
dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi.
5. Roucek
dan Warren
Kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
seseorang. [1]
Dari
pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara
sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality )
merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat
seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri,
perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.[2]
B.
Unsur-Unsur dalam Kepribadian
Kepribadian
seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi
kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
1. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari
pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman
mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan
dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
2. Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap
sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga
penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan
penilaian orang lain.
3. Dorongan
Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang
sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
C. Faktor-Faktor
yang Membentuk Kepribadian
Secara
umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan
biologis, warisan lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia,
dan pengalaman unik.
1. Warisan
Biologis (Heredity)
Warisan biologis memengaruhi kehidupan
manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari
orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai
karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun.
Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif
(terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian
diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting
terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini
membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. [3]
2. Warisan
Lingkungan Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber
daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui
penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan
kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.
3. Warisan
Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia, alam,
dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi.
Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna
memenuhi kebutuhan hidup.
4. Pengalaman
Kelompok Manusia (Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh
kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi
anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya.
Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok
lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat
tersebut.
5. Pengalaman
Unik (Unique Experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang
berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama,
dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang
sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang
serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman
setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna
menyamainya.
Menurut Paul B. Horton,
pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang
telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam
kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
D. Teori-Teori
Perkembangan Kepribadian
Ada
beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian dalam proses
sosialisasi. Teori-teori tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori Cermin
Diri, Teori Diri Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Teori Subkultural Soerjono
Soekanto.
1. Teori
Tabula Rasa
Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan
Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul "An Essay Concerning
Human Understanding" Menurut teori ini, manusia yang baru lahir
seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa kepribadian
seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya. Teori ini
mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi
kepribadian yang sama.
2. Teori
Cermin Diri
Teori Cermin Diri (The Looking
Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley .
Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan
bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara
bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Teori ini didasarkan pada analogi
dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang tampak pada cermin tersebut
sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang lain.
Ada tiga langkah dalam proses
pembentukan cermin diri.
a) Imajinasi
tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagaimana pakaian
atau tingkah lakunya di mata orang lain.
b) Imajinasi
terhadap penilaian orang lain tentang apa yang terdapat pada diri masing-masing
orang. Misalnya, pakaian yang dipakai.
c) Perasaan
seseorang tentang penilaian-penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira,
atau rendah diri.
3. Teori
Diri Antisosial
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund
Freud . Dia berpendapat bahwa diri manusia mempunyai tiga bagian,
yaitu id, superego, dan ego.
a) Id adalah
pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus, dan
antisosial.
b) Ego adalah
bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur
pengendalian superego terhadap id. Ego secara kasar dapat
disebut sebagai akal pikiran.
c) Superego adalah
kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang serta
membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.
4. Teori
Ralph dan Conton
Teori ini
mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum
terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh
ini berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi
semuanya merupakan bagian dari pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam
masyarakat tertentu (Horton, 1993:97).
5. Teori
Subkultural Soerjono Soekanto
Teori ini mencoba melihat kaitan antara
kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu
kebudayaan khusus (subcultural). Dia
menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian,
yaitu sebagai berikut.
a) Kebudayaan
Khusus atas Dasar Faktor Kedaerahan
b)
Cara Hidup di Kota dan di Desa yang
Berbeda
c) Kebudayaan
Khusus Kelas Sosial
d) Kebudayaan
Khusus Atas Dasar Agama
e) Kebudayaan
Khusus atas Dasar Pekerjaan atau Keahlian.[4]
E. Tahap-Tahap
Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap
perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang
lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Fase
Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia
satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase
ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting,
yaitu sebagai berikut.
a) Bagian
yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut
dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah
berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar
kepribadian (basic personality structure) dan capital personality .
Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai
warisan biologis dari orang tuanya.
b)
Bagian
kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau
anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat
ditinjau kembali di kemudian hari.
2. Fase
Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat
efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri
seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini
merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak
mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang
hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai
tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut
ini.
a) Dorongan-Dorongan (Drives)
b) Naluri (Instinct)
c) Getaran
Hati (Emosi)
d) Perangai
e)
Inteligensi (Intelligence
Quetient-IQ)
f) Bakat (Talent)
3. Fase
Ketiga
Pada
proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir
yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang
tersebut.
Pada
fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya
perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat
abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian
otoriter, dan kepribadian perbatasan.
a) Kepribadian
Normatif (Normative Man)
b) Kepribadian
Otoriter (Otoriter Man)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas dapat ditarik
simpulan bahwa pengertian kepribadian menurut KBBI ialah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang
lain atau bangsa lain. Adapun menurut salah seorang ahli yaitu Koentjaraningrat
kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
tingkah laku atau tindakan seseorang.
Unsur-unsur
yang memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri.
Secara
umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan
biologis, warisan lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia,
dan pengalaman unik.
Ada
beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian dalam proses
sosialisasi. Teori-teori tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori Cermin
Diri, Teori Diri Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Teori Subkultural Soerjono
Soekanto.
Adapun
berkaitan dengan tahap-tahap perkembangan kepribadian, memiliki 3 fase, dimana
di masing-masing fase memiliki ciri khas tersendiri dalam hal perkembangan
kepribadian.
[1]
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/pembentukan-kepribadian.oh112680.html diakses pada tanggal 2 Maret 2017
pukul 21.30.
[3] Khairuddin, Sosiologi
Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 46
[4] Usman, dkk, Pengantar
Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 58.
Komentar
Posting Komentar