Sejarah Kebudayaan Islam
Nama : Muhammad Abizar Al-Gifary
NIM : 1501210392
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan tentang Sejarah Kebudayaan Islam
1.
Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam adalah
gabungan dari 3 suku kata yaitu sejarah kebudayaan, dan Islam. Masing-masing dari
suku kata tersebut bisa mengandung arti kata sendiri-sendiri.
Secara etomologis perkataan
”sejarah” yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh, sirah, atau ’ilm
tarikh, yang berarti ketentuan masa atau waktu, sedangkan ’ilm tarikh berarti
ilmu yang mengandung atau membahas penyebutan peristiwa atau kejadian, masa
atau terjadinya peristiwa, sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Dalam bahasa Inggris disebut history
yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian – kejadian masa lampau (orderly
description of past event). Dan sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan
mengungkapkan peristiwa masa silam, baik peristiwa politik, sosial, maupun
ekonomi pada suatu negara atau bangsa, benua, atau dunia.
Sedangkan secara istilah sejarah
diartikan sebagai sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau,
dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat, sebagaimana
benar-benar terjadi pada kenyataan- kenyataan alam dan manusia.[1]
Sayyid Quthub dalam bukunya
Konsepsi Sejarah dalam Islam mengatkan bahwa sejarah bukanlah peristiwa,
melainkan penafsiran terhadap peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai
hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta
memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat. Namun realitasnya, sejarah adalah science
Conjecturale atau pengetahuan
dugaan. Artinya, kebenaran sejarah tidak seperti kebenaran ilmu
eksperimental. Sejarah selalu mengandung unsur jiwa penulisnya, sedangkan
matematika dan ilmu eksperimental mengandung kepastian yang sangat besar.[2]
Sementara itu dalam Bahasa Indonesia
sejarah berarti silsilah, asal-usul (keturunan), kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau, sedangkan ilmu sejarah adalah pengetahuan
atau uraian tentang peristiwa- peristiwa dan kejadian- kejadian yang benar-benar
terjadi di masa lampau.[3]
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan kejadian-kejadian masa lampau
yang terabadikan (baik secara lisan melalui saksi mata langsung maupun melalui
catatan-catatan sebagai bukti pembenarannya) yang bersifat relevan.
Menurut Ensiklopedi Indonesia secara
umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya manusia yang berkaitan
erat dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan merupakan wadah tempat hakikat
manusia mengembangkan diri. Kebudayaan lahir dari olah akal budi, jiwa atau
hati nurani manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu mencerminkan nilai-nilai
kehidupan yang diyakini, yang dirasa, dan diharapkan memberikan kebaikan dalam
hidup. Oleh karena itu, kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan
tersebut juga disebut peradaban. Kebudayaan atau peradaban yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai ajaran Islam disebut kebudayaan atau peradaban.[4]
Kebudayaan dapat pula diartikan
segala bentuk pengungkapan hasil karya manusia yang telah menjadi kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dari akal budi at aupun dari hati nurani manusia.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
paling tidak mempunyai tiga wujud:
a.
Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan
dan lain-lain.
b.
Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c.
Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya.
Kata Islam merupakan turunan
darai kata assalamu, assalamatu yang berarti bersih dan selamat dari
kecacatan lahir dan batin. Islam berarti suci, bersih tanpa cacat. Islam berarti
“menyerahkan sesuatu”. Arkoun mengatakan bahwa Islam adalah memberikan
keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT, dan mempercayakan seluruh
jiwa dan raga seseorang kepada Allah SWT. Dari turunan kata Islam adalah
“damai” atau “perdamaian” (al-salmu/peace) dan “keamanan”. Islam adalah
agama yang mengajarkan pada pemeluknya, orang Islam untuk menyebarkan benuh
perdamaian, keamanan, dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia
(Muslim dan non- Muslim), dan kepada lingkungan sekitarnya (rahmatan lil
‘alamin). Perdamaian, keamanan, dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh
jika setiap Muslim taat dan patuh, mengetahui dan mengamalkan aturan-aturan,
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT yang dijelaskan dalam
sumber ajaran agama, kitab Allah (Al-Qur‟an) dan sunah Rasul (Al-Hadis). [5]
Islam adalah agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad saw.
sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan
Hadits.[6]
Jadi dapat disimpulkan bahwa
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad
saw. yang tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia kepada Allah, tetapi
juga hubungan dengan sesama manusia maupun kepada lingkungan sekitar, yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Berdasarkan pengertian yang
dipaparkan diatas, dapat dirumuskan tentang pengertian sejarah kebudayaan
Islam, yaitu:
a.
Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam sejak lahirnya samapai sekarang ini.
b.
Suatu cabaang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide,
konsep, lembaga maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhaamd SAW hingga
saat ini.[7]
2.
Tinjauan Problematika Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Problematika berasal dari kata
problem yang dapat diartikan sebagai permasalahan atau masalah.[8] Secara etimologi kata
problematika berasal dari kata problem (masalah, perkara sulit, persoalan).
Problema (perkara sulit), problematika (merupakan sulit, ragu-ragu, tak
menentukan, tak menentu) dan problematika (berbagai permasalahan).[9]
Terkait dengan problematika
pembelajaran terdapat dua hal yang
menjadi dasar pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a.
Problematika guru dalam Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
Masalah guru dalam proses pembelajaran yaitu dalam
pengajarannya seorang guru memberikan kesibukan terhadap siswanya untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang perlu seperti mencatat bahan
pelajaran yang sudah ada didalam buku, menceritakan hal-hal yang tidak perlu,
dan waktu kontak antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan secara baik, guru
lebih suka melaksanakan kehendaknya dalam belajar terhadap muridnya sesuai
keinginannya.[10]
b.
Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Bagaimana sikap dan kepribadian
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai.[11]
Dalam kegiatan pembelajaran
khususnya pelajaran sejarah kebudayaan Islam guru berperan sebagai pembimbing.
Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus dapat berusaha menghidupkan dan
memberi motivasi agar terjadi interaksi yang kondusif. Dengan demikian, cara
mengajar guru harus efektif dan mengerti anak didiknya, baik dalam menggunakan
model, teknik maupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak
didiknya.[12]
Terutama dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam ini yang membutuhkan
pemahaman yang cukup baik dari gurunya untuk disampaikan kepada siswa. Guru
harus pandai mengemas pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan cara yang
menarik dan menyajikannya dengan tepat menggunakan bahasa yang mudah dipahami
dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran itu dan kebutuhan serta kondisi
siswa.[13]
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang berkaitan
Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangat jarang ditemukan atau
sangat jarang diangkat kepermukaan. akan tetapi bukan berarti tidak ada. Mungkin
dikarenakan kebanyakan orang berpandangan bahwa segala hal yang berkaitan dengan sejarah adalah hal
yang sulit dan membosankan. Namun terdapat beberapa penelitian yan relevan
dengan hal tersebut, seperti yang dilakukan oleh :
Nurul
Ummi Akhinah dalam skripsinya yang berjudul “Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) Berbasis Kurikulum Tingkatt Satuan Pendidikan (KTSP) di Kelas XI
Agama Madrasah Aliyah Negeri Yoggyakarta II”. Dalam simpulannya
mengungkapkan bahwa dalam proses pelaksanaan pembelajaran SKI berbasis KTSP di
kelas XIAgama MAN Yogyakarta II berjalan dengan optimal. Secara umum dapat
dilihat dari beberapa hal, diantaranya: Pertama, terdapat ketertarikan
siswa mengikuti pelajaran SKI. Kedua, terciptanya suasanya pembelajaran
yang terpusat pada peserta didik. Hal ini diwujudkan guru dengan meminta siswa
untuk berdiskusi, membuat makalah, membuat power point dan kemudian
mempresentasikannya di depan kelas. Ketiga, nilai rata-rata peserta
didik kelas XI Agama pada semester I telah mencapai angka 81,8. Dalam bukunya
Anas Sudjiono yang berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, nilai rata-rata tersebut
termasuk dalam kategori baik sekali.
Adapun
faktor penghambat dalam pembelajaran SKI berbasis KTSP di kelas XI Agama MAN
Yogyakarta II yaitu: Pertama, terlalu banyaknya jam pelajaran yang harus
diampu oleh guru SKI di kelas XI Agama. Kedua, konsentrasi guru SKI
sendiri lebih banyak terfokuskan pada persiapan anak-anak kelas XII Agama di
dalam menghadapi ujian nasional. Ketiga, tingkat kecerdasan siswa yang
beraneka ragam sehingga terdapat siswa yang kurang bisa mengikuti pelajaran.[14]
Candra
Fatma Negara dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode Make a Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa Kelas III
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung”. Dalam
simpulannya mengungkapkan bahwa pembelajaran melalui penggunaan metode make
a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Negeri Jeli
Karangrejo dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini dapat dilihat
dari proses belajar mengajar dan nilai tes akhir pada proses belajar mengajar
siklus pertama dan siklus kedua. Pada siklus pertama nilai rata-rata kelas
77,70 siswa yang mendapat nilai ≥75 sebanyak 19 siswa (61,29%) dan <75
sebanyak 12 siswa (38,70%). Sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata 92,87
siswa yang mendapat nilai ≥75 sebanyak 30 siswa (93,75%) dan <75 sebanyak 2
siswa (6,25%). Dengan demikian pada rata–rata hasil belajar siswa dari siklus
pertama ke siklus kedua, yaitu sebesar 15,17 begitu pula pada ketuntasan
belajar Sejarah Kebudayaan Islam terjadi peningkatan sebesar 32,46 % dari siklus
pertama ke siklus kedua.[15]
Mei
Lina Dis Tanti dalam skripsinya yang berjudul “Problematika Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam Dan Upaya-Upaya Pemecahannya Di Mts Al-Huda Bandung
Tulungagung”. Dalam simpulannya mengungkapkan bahwa Problematika yang
dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah sebagai
berikut: Kesulitan dalam membuat RPP, Kesulitan dalam hal materi. Dalam
mempelajari materi SKI hanya mengandalkan satu buku saja, kurang menguasai
teknologi komputer dalam mencari materi SKI, Kesulitan dalam merencanakan media
yang akan digunakan sehingga media yang digunakan hanya terbatas dan itu-itu
saja, Kesulitan dalam mencari sumber belaja, Dalam evaluasi, kurang mengerti
kesulitan siswa dan kurang memahami karakteristik siswa, Kesulitan memilih
metode yang pas digunakan untuk menyampaikan materi SKI.
Upaya-upaya
yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika pembelajaran sejarah
kebudayaan Islam oleh guru adalah : Dalam pembelajaran guru melakukan kegiatan
pengayaan, Sebelum memulai dan sesudah pelajaran guru memberikan motivasi
kepada siswa agar semangat dalam melakukan pembelajaran, Setiap pembelajaran
guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menantang dan menyenangkan,
Guru lebih terbuka terhadap kekurangan yang dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar didalam kelas, karena dengan keterbukaan lembaga akan mudah
mengoreksi,
Problematika
yang dihadapi siswa dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah sebagai
berikut: Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam,
Siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu pelajaran yang
sulit dan membosankan.
Upaya-upaya
yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika pembeelajaran sejarah
kebudayaan Islam adalah: Siswa sering membaca materi sejarah kebudayaan Islam, Hal-hal
yang belum dimengerti ketika dipelajari disekolah mengenai sejarah kebudayaan
Islam, siswa menanyakan kepada guru lesnya dirumah, Siswa sering mencoba
mengerjakan soal-soal mengenai sejarah kebudayaan Islam. Dengan sering
mengerjakan soal siswa akan paham dengan materi karena mencari jawabannya
dengan membaca materi tersebut.[16]
[1]Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001), hal. 7-8. Lihat juga A. Mustafa, Abdullah
Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII) untuk Fakultas Tarbiyah
dan Komponen MKK, (Bandung: Penerbit CV Pustaka Setia, 1998), cet. I, hal.
13.
[2]A. Mustafa, Abdullah Aly, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia (SPII) untuk Fakultas Tarbiyah dan Komponen MKK,
(Bandung: Penerbit CV Pustaka Setia, 1998), cet. I, hal. 13.
[3]Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan,
(Jakarta:PT Raja Grafindo, 2001), hal. 8.
[4] Rois Mahfud. Al-Islam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal.185.
[5]Rois Mahfud. Al-Islam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal.3-4.
[6]Harun Nasution, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2015), hal. 17.
[7]Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan,
(Jakarta:PT Raja Grafindo, 2001), hal. 8-9
[8]M. Hanafi, Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,
2009), hal. 41.
[9]Ibid., hal. 41.
[10]Sardiman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 123.
[11]Nini Subini, Mengatasi
Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), hal. 34.
[12]Ibid.,hal. 34.
[13]M. Hanafi, Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,
2009), hal. 3.
[14] Nurul Ummi Akhinah, Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Berbasis Kurikulum Tingkatt Satuan Pendidikan
(KTSP) di Kelas XI Agama Madrasah Aliyah Negeri Yoggyakarta II, (UIN
Yogyakarta: Skripsi, 2013), hal. 110.
[15] Candra Fatma Negara, Penerapan Metode Make a Match
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa Kelas III
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung,
(IAIN Tulungagung: Skripsi, 2016), hal. 105.
[16] Mei Lina Dis Tanti, Problematika
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dan Upaya-Upaya Pemecahannya Di Mts
Al-Huda Bandung Tulungagung, (IAIN Tulungagung: Skripsi, 2015) hal. 98-100.
Komentar
Posting Komentar