Pondok Pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru
LAPORAN HASIL
OBSERVASI DAN WAWANCARA
PONDOK PESANTREN
AL FALAH PUTERA BANJARBARU
SEBAGAI TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
DOSEN : FAHRANI,
M. Si
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ABIZAR
AL-GIFARY
1501210392
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2017
A.
PROFIL PONDOK PESANTREN
Pondok
Pesantren Al Falah Putera Banjarbaru terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani
kilometer 23.500 yang termasuk wilayah RT. 06 RW. 02 Kelurahan Landasan Ulin
Tengah, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
berhadapan langsung dengan Jalan Ahmad Yani yang merupakan jalan protokol yang
menghubungkan Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin serta kota kabupaten
lainnya, sebelah barat berbatasan dengan Pondok Pesantren Al Falah Puteri
sedangkan sebelah timur dan selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk.
Pondok
Pesantren Al Falah didirikan oleh K.H. Muhammad Tsani, beliau adalah seorang
ulama terkenal yang lahir di Alabio, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan,
pada tahun 1918.
Pondok
Pesantren Al Falah Banjarbaru berdiri pada tanggal 26 Juli 1975 Miladiyah atau
bertepatan dengan 06 Rajab 1395 Hijriyah.NamaPondok Pesantren Al Falah diambil
dari kata “Al Falah”, sebuah kata yang terdapat pada lafazd adzan yang
berbunyi “hayya a‟lal falah”, yang bermakna “hayya 'alal fauz wan
najah" yang artinya marilah meraih keberuntungan dan keselamatan. Dengan
nama tersebut para pendiri berkeinginan agar orang-orang yang berada di
dalamnya dan orang-orang pemerhati yang membantu kelancaran pendidikan Pondok
Pesantren Al Falah ini selalu mendapat keberuntungan dan keselamatan di dunia
maun di akherat kelak.
B. Visi
dan Misi
Berdirinya
Pondok Pesantren Al Falah dimotivasi keinginan untuk ikut membina kader-kader
pemimpin agama melalui lembaga pendidikan agama. Motivasi ini muncul setelah
K.H. Muhammad Tsani melihat dan merasakan bahwa kader-kader ulama atau pemimpin
Islam semakin berkurang dan belum begitu berkembang lembaga pendidikan
berbentuk pesantrendi Kalimantan Selatan.
Berangkat
dari motivasi ini akhirnya dirumuskan visi dan misi pendidikan Pondok Pesantren
Al Falah, yaitu:
Visi
Pondok Pesantren Al Falah adalah penguasaan ilmu fardhu „ain dan kifayah
mengakar di tengah masyarakat, berorientasi kepada imtaq dan iptek menuju hidup
mandiri. Sedangkan misi Pondok Pesantren Al Falah adalah: pertama, melaksanakan
amanat akidah ahlussunnah wal jama‟ah melalui pengembangan pendidikan
secara kualitatif dan kuantitatif; kedua, memberdayakan kader perjuangan muslim
yang berwawasan ahlussunnah wal jama‟ah; ketiga, mengembangkan potensi
kemanusiaan dengan segala dimensinya, baik dimensi intelektual, moral, ekonomi,
sosial dan kultural dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal.
C. Kurikulum
dan Materi Khusus
Literatur
yang digunakan dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Al Falah adalah
kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama-ulama salaf.
Kurikulum
yang digunakan yaitu kurikulum pesantren yang berbasis kitab kuning dan
kurikulum Kementerian Agama ditambah dengan program asrama bahasa yang
menekankan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris secara aktif juga
mengindikasikan sebagai pondok pesantren modern. Bedanya adalah kalau di pondok
pesantren modern kurikulum pondok dan kurikulum Kementerian Agama menjadi satu
kurikulum, di Pondok Pesantren Al Falah dua kurikulum tersebut dilaksanakan
secara terpisah dimana kurikulum pesantren adalah kurikulum wajib sedangkan
kurikulum Kementerian Agama adalah kurikulum pilihan yang boleh diikuti, boleh
juga tidak. Kurikulum pondok pesantren dirancang dan disusun oleh Pondok
Pesantren Al Falah dengan menekankan penguasaan kitab kuning (kitab klasik)
yang juga dikenal dengan kitab gundul.Oleh karena itu santrinya dipacu untuk
dapat menyerap dan menguasai serta memahami kandungan kitab kuning.
Kurikulum
pesantren diajarkan pagi hari pada pukul 07.45-12.30 WITA, dengan materi: Nahu,
Sharaf, Balagah, Arudh, Mantiq, Falak, Tafsir, Ushul Tafsir, Hadits, Ilmu
Hadits, Fara‟idh, Tasawuf, Fiqh, Lugat, Insya, Imla, Khat, Tarikh,
Qira‟at,Tasyri‟ dan Perbandingan Mazhab. Hari belajar adalah hari Sabtu sampai
dengan Kamis dan libur pada hari Jum‟at. Sedangkan kurikulum Kementerian Agama
dilaksanakan pada siang sampai sore hari, yaitu pukul 14.00-18.00 WITA.
Kurikulum ini lebih dikenal dengan istilah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah
Binaan Negeri. Dengan demikian di Pondok Pesantren Al Falah Putera seorang
santri bisa melakukan studi ganda dalam satu hari dan bagi santri yang
mengikuti kedua kurikulum ini akan mendapatkan dua ijazah yaitu ijazah
pesantren dan ijazah madrasah tsanawiyah/aliyah.
D. Cara
Mengajar serta Metode yang digunakan
Salah
satu program unggulan di Pondok Pesantren Al Falah, Banjarbaru, adalah
penerapan metode amtsilati, khususnya bagi santri tajhizi dan beberapa santri
wustha dan ulya yang berminat. Amtsilati adalah sebuah metode baru untuk dapat
membaca kitab kuning secara cepat, sehingga dengan metode ini diharapkan semua
sanltri bisa dengan mudah dan cepat dalam membaca dan memahami kitab kuning. Digagas oleh K.H. Taufiqul Hakim,
pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah.
Metode
amtsilati yang digagasnya ditulis dalam buku sebanyak lima jilid: satu jilid
tentang Khulashah yang berisi ringkasan dan intisari kitab Alfiyah
ibn Malik, yang kitab aslinya terdiri dari 1000 bait nazham; dua
jilid Mutammimah sebagai pelengkap dari Khulashah; satu jilid Qa`idati,
berisi kaidah-kaidah tata bahasa Arab; dan satu jilid Sharfiyyah, berisi
tentang pola-pola kata, tambahan-tambahan dalam kata, bentuk masa lalu, masa
sekarang, perintah, dan lain-lain.
Dalam
proses pembelajaran, berdasarkan data wawancara dan observasi, metode
bandongan/wetonan merupakan metode yang paling mendominasi dalam setiap
pembelajaran. Metode pembelajaran bandongan/wetonan yang dilaksanakan secara
klasikal di kelas dalam perkembangannya disebut dengan metode ceramah. Metode
ini lebih berpusat pada ustadz, tetapi terkadang di sela-sela pembelajaran atau
di akhir pembelajaran terjadi tanya jawab antara santri dan ustadz. Meskipun
proses tanya jawab ini hanya dalam batas pertanyaan tentang materi yang
diajarkan belum sampai kepada mengemukakan pendapat. Hal ini merupakan kemajuan
yang positif bagi pembelajaran di Pondok Pesantren Al Falah. Setidaknya proses
ini membuka ruang interaksi antara santri dan ustadz.
Metode
qawaid dan tarjamah dilaksanakan dengan cara ustadz membacakan teks kitab
berbahasa Arab, menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan terkadang
menggunakan bahasa daerah (bahasa Banjar), kemudian menjelaskan maksud yang
terkandung di dalam kitab yang dibaca atau dipelajari.
Metode
lainnya yang digunakan ketika pembelajaran di dalam kelas adalah metode
demonstrasi. Dalam metode ini biasanya ustadz memperagakan suatu keterampilan
dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu, misalnya cara berdiri, duduk dan gerakan
lainnya yang benar dalam shalat, cara berwudhu, dan beristinja.
Pondok
Pesantren Al Falah Putera, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dalam proses
pembelajarannya menggunakan dua sistem yaitu sistem klasikal dan sistem
pengajian. Ada perbedaan yang menarik dari dua sistem pembelajaran fiqih yang
dilaksanakan secara klasikal dan pengajian. Pelaksanaan pembelajaran klasikal
dilaksanakan di dalam kelas yang diselenggarakan secara formal dengan rentang
waktu dari pukul 07.45 WITA sampai dengan pukul 12.30 WITA. Disamping itu
proses pembelajaran tersebut juga berjenjang dari tingkattajhizi
(persiapan),wustha (menengah) hingga ulya(atas), sedangkan sistem pengajian
tidak dilaksanakan di kelas tetapi dilaksanakan di masjid dan mushalla dan
sistem pembelajarannya tidak menggunakan tingkatan kelas dan jenjang, melainkan
seluruh santri berkumpul menjadi satu di masjid untuk mengikuti pengajian
kitab. Sistem pengajian ini mirip dengan sistem wetonan dan bandongan, dimana
seluruh santri duduk membentuk halaqah mengelilingi ustadz, ketika ustadz
menjelaskan santri hanya duduk mendengarkan dan mencatat arti dan keterangan
ustadz tanpa ada komunikasi dua arah. Namun bedanya hanya pada posisi duduk,
wetonan atau bandongan membentuk halaqah mengelilingi ustadz, sedangkan di
Pondok Pesantren Al Falah ustadz duduk di mimbar pengajian menghadap kepada
santri begitu juga sebaliknya santri menghadap ke arah ustadz yang memberikan
pengajian.
Komentar
Posting Komentar